Sejarah Penyerangan Terbesar Jepang Ke Pearl Harbor yang Berhasil Mengalhkan Amerika serikat


Sejarah. Pada hari Minggu, 7 Desember 1941 merupakan hari yang paling kelabu dalam sejarah berdirinya bangsa Amerika. Pada hari itu, secara tak terduga sebanyak 441 pesawat Jepang berhasil menerobos, dan kemudian membom basis kekuatan laut AS di wilayah Pearl Harbor, Pulau Oahu (Hawaii). Kekuatan angkatan laut Jepang meluncurkan serangan udara secara mendadak terhadap instansi militer Amerika Serikat tersebut. Dua gelombang pesawat, yang berkekuatan total 253 pesawat melakukan serangan terhadap pangkalan angkatan laut di Pearl Harbor, yang merupakan markas Armada Pasifik AS.

Serangan Pearl Harbor merupakan kekalahan militer terbesar dalam sejarah Amerika Serikat. Akibat serangan tersebut, mengakibatkan sekitar 2.388 tentara AS dan warga sipil tewas, sementara 1.178 orang lainnya mengalami luka-luka. "Serangan udara di Pearl Harbor. Ini bukan latihan". Kabar kilat dari Panglima Pasifik (CINCPAC) Amerika Serikat mengumumkan terjadinya serangan Jepang di Pearl Harbor. Pada serangan itu, Jepang berhasil menenggelamkan dan merusak 21 kapal Armada Pasifik Amerika Sarikat, termasuk diantaranya delapan kapal perang garis depan. Serangan Jepang ini termasuk faktor yang membuat Amerika Serikat terlibat dalamPerang Dunia II melawan Jepang beserta sekutu Axisnya, yaitu Jerman dan Italia. Jepang mencapai kemenangan besar atas Amerika Serikat dengan serangan Pearl Harbor ini, namun setelah itu Jepang dan sekutunya kalah pada tahun 1945.
 
 


Detik-detik Serangan

Tanggal 26 November 1941, armada Jepang yang berkekuatan cukup besar, terdiri dari enam kapal induk dan banyak lainnya bergerak untuk meninggalkan Teluk Hitokappu di Kepulauan Kuril. Armada yang dipimpin oleh Laksamana Madya Chuichi Nagumo tersebut berlayar menuju Pearl Harbor tanpa melakukan hubungan radio apapun atau yang disebut dengan radio silence. Mungkin operasi ini agar tidak bocor ke pihak Amerika Serikat. Pada pagi hari tanggal 7 Desember 1941, ratusan pesawat tempur, pengebom, dan pengebom-torpedo diluncurkan dari keenam kapal induk tersebut. Kemudian mengebom pangkalan militer Amerika Serikat di kepulauan Hawaii,hampir semua kapal terbang Amerika Serikat dimusnahkan, hanya sedikit yang selamat.

Dua belas kapal perang dan kapal lain ditenggelamkan atau kalau tidak tenggelam mengalami kerusakan yang parah, lalu 188 kapal terbang hancur oleh pasukan udara Jepang, dan yang terparah 2.403 tentara Amerika tewas. Kapal perang USS Arizona diledakkan dan tenggelam menyebabkan 1.100 orang tewas, hampir separuh dari tentara Amerika disana yang mati. Kapal induk Jepang yang terlibat dalam serangan tersebut yaitu: Akagi, Hiryu, Kaga, Shokaku, Soryu, Zuikaku. Semuanya jika dijumlahkan memiliki sejumlah 441 kapal terbang, pengebom-torpedo, pengebom penyelam dan lainnya. Dari semuanya, hanya 29 yang musnah dalam pertempuran. Kapal terbang menyerang dalam dua gelombang, dan Laksamana Madya Chuichi Nagumo memutuskan untuk membatalkan serangan yang ketiga. Serangan pertama yang terhadap Pearl Harbor adalah pada pukul 07:53 tanggal 7 Desember, Waktu Hawai.

Penyebab yang melatar belakangi serangan Pearl Harbor

Benih atau asal mula serangan Pearl Harbor dimulai pada tahun 1931 ketika Jepang menyerbu Manchuria, salah satu provinsi Cina. Invasi Manchuria adalah langkah pertama dalam ekspansi imperial Jepang, yang disusul dimulainya perang dengan skala besar terhadap Cina pada tahun 1937. Menanggapi invasi Jepang terhadap Cina, maka Amerika Serikat meningkatkan bantuan militer dan keuangan kepada Cina dan menghentikan ekspor minyak dan bahan mentah lainnya ke Jepang. Dan Embargo ini merupakan ancaman langsung terhadap keamanan nasional Jepang.

Dengan begitu Jepang lantas membuat keputusan untuk merebut dan menaklukkan wilayah lain di Asia dan Pasifik yang kaya akan sumber daya minyak dan sumber daya alam lainnya yang tidak dimiliki oleh Jepang. Dan pihak Jepang mengtahui bahwa Amerika Serikat tidak akan membiarkan Jepang untuk menginvasi negara-negara di wilayah Asia. Dengan begitu pemerintah Jepang menyatakan perang dengan Amerika Serikat adalah sesuatu yang tidak terelakkan lagi. Jepang kemudian membuat strategi, bahwa satu-satunya cara untuk mengalahkan Amerika Serikat adalah dengan melakukan serangan pendahuluan, yaitu menghancurkan Armada Pasifik Amerika Serikat di wilayah Pearl Harbor.

Kemudian Jepang melakukan persiapan matang, dan akhirnya memutuskan untuk melakukan serangan ke Pearl Harbor pada 7 Desember 1941. Dan setelah peristiwa ini, maka Jepang menyatakan perang kepada Amerika Serikat dan memulai kampanye militernya di wilayah Asia-Pasifik Raya. Dan Serangan Amerika Serikat juga mengawali keterlibatannya dalam Perang Pasifik.

Setelah penyerangan

“I fear all we have done is to awaken a sleeping giant and fill him with a terrible resolve.” Itulah yang dikhawatirkan Laksamana Isoroku Yamamoto, sang arsitek serangan. Dan akhrnya benar-benar terjadi. Presiden AS Franklin D. Roosevelt merespon serangan Jepang di Pearl Harbour dengan langsung menabuh genderang Perang. Selama empat tahun setelahnya, Jepang yang telah menguasai sebagian Asia, akhirnya berbalik menjadi bulan-bulanan militer AS.
Latar Belakang Serangan Jepang KE Pearl Harbor

Pada tanggal 7 Desember 1941, kekuatan angkatan laut Jepang meluncurkan serangan udara mendadak terhadap instalasi militer Amerika Serikat di pulau Oahu, Hawaii.

Dua gelombang pesawat, berkekuatan total 253 pesawat menyerang pangkalan angkatan laut di Pearl Harbor, yang merupakan markas Armada Pasifik AS, sekaligus lokasi lapangan udara angkatan darat Wheeler dan Bellows, Barak Schofield, Kaneohe Naval Air Station, dan Ewa Marine Corps Air Station.

Serangan Pearl Harbor adalah kekalahan militer terbesar dalam sejarah AS.

Akibat serangan itu lebih dari 2.388 pelaut AS, tentara, dan warga sipil tewas sementara 1.178 orang lainnya mengalami luka-luka.

Jepang berhasil menenggelamkan atau merusak 21 kapal Armada Pasifik AS, termasuk delapan kapal perang garis depan.

Serangan itu mendorong AS terlibat Perang Dunia II melawan Jepang beserta sekutu Axisnya, Jerman dan Italia.

Sementara Jepang mencapai kemenangan sementara atas Amerika Serikat akibat serangan Pearl Harbor, namun akhirnya Jepang dan sekutunya kalah pada tahun 1945.

Benih atau asal mula serangan Pearl Harbor dimulai pada tahun 1931 ketika Jepang menyerbu Manchuria, salah satu provinsi Cina.

Invasi Manchuria adalah langkah pertama dalam ekspansi imperial Jepang, yang disusul dimulainya perang skala penuh terhadap Cina pada tahun 1937.

Menanggapi invasi Jepang terhadap Cina, Amerika Serikat meningkatkan bantuan militer dan keuangan kepada Cina dan menghentikan ekspor minyak dan bahan mentah lainnya ke Jepang.

Embargo ini dilihat oleh Jepang sebagai ancaman langsung terhadap keamanan nasional mereka.

Jepang lantas memutuskan merebut dan menaklukkan wilayah lain di Asia dan Pasifik yang kaya akan minyak dan sumber daya alam yang tidak dimiliki Jepang.

Jepang tahu bahwa Amerika Serikat tidak akan membiarkan Jepang menginvasi Cina serta negara lain di Asia.

Sementara pemerintah Amerika Serikat dan Jepang terus bernegosiasi untuk menemukan solusi damai terhadap kebuntuan diplomatik, pemerintah Jepang percaya bahwa perang dengan Amerika Serikat merupakan sesuatu yang tak terelakkan.

Jepang memutuskan bahwa satu-satunya cara untuk mengalahkan Amerika Serikat adalah dengan melakukan serangan pendahuluan dengan menghancurkan Armada Pasifik Amerika Serikat di Pearl Harbor.

Jepang juga percaya bahwa kemenangan di Pearl Harbor akan menurunkan moral rakyat Amerika untuk terlibat dalam perang dengan Jepang.

Setelah melalui persiapan matang, Jepang akhirnya membuat keputusan yang menentukan dengan melakukan serangan ke Pearl Harbor pada 7 Desember 1941.

Teori Konspiorasi Mengenai "Mengalahnya" Ammerika pada serangan Peral Harbor

Beberapa saat sebelum pukul 08.00 pada 7 Desember 1941, ratusan pesawat tempur Kekaisaran Jepang menyerang pangkalan Angkatan Laut AS Pearl Harbor dekat Honolulu, Hawaii.

Serangan kilat Jepang itu hanya berlangsung kurang dari dua jam namun hasilnya sungguh menggetarkan. Jepang berhasil menghancurkan 20 kapal perang AS termasuk delapan kapal besar, 200 pesawat terbang dan menewaskan lebih dari 2.000 prajurit AS.

Serangan Jepang itu bak membangunkan "raksasa tidur". Sehari setelah serangan itu, Presien Franklin Delano Roosevelt meminta Kongres untuk menyatakan perang terhadap Jepang.

Kongres AS menyetujui permohonan itu dengan hanya satu suara yang memberikan pendapat berbeda (dissenting opinion). Tiga hari kemudian sekutu Jepang, Jerman dan Italia menyatakan perang terhadap AS yang juga dibalas pernyataan sama dari Kongres AS. Dan, AS resmi terlibat dalam Perang Dunia II.

Namun, muncul pertanyaan seputar serangan ke Pearl Harbor itu. Apakah pemerintah AS sudah mengetahui rencana serangan tersebut dan membiarkannya, sehingga memiliki alasan untuk terjun ke dalam perang?

Memorandum intelijen AL

Sejumlah bukti yang dibuka setelah perang usai memperbesar kemungkinan bahwa pemerintah AS memang membiarkan Jepang menghantam Pearl Harbor. Berdasarkan sejumlah dokumen, Presiden Roosevelt sudah mendapatkan peringatan soal serangan tersebut tiga hari sebelum pesawat-pesawat tempur Jepang menyerang.

Informasi tersebut terdapat dalam memorandum dari Kantor Intelijen Angkatan Laut AS, yang memperingatkan bahwa ancaman perang terhadap AS sungguh merupakan hal yang nyata.

"Sebagai antisipasi atas konflik terbuka dengan AS, Jepang tengah memaksimalkan setiap potensinya untuk menumulkan informasi komersial, angkalan laut dan militer, khususnya terhadap pesisir barat Terusan Panama dan Hawaii," demikian sebagian isi memorandum setebal 26 halaman itu.

Memorandum tertanggal 4 Desember 1941 itu memiliki status rahasia dan berjudul "Intelijen dan propaganda Jepang di AS". Memorandum itu juga secara khusus membeberkan upaya pengintaian yang dilakukan Jepang terhadap Hawaii dalam bagian berjudul "Metode Operasi dan Sasaran Serangan".

Laporan itu menggarisbawahi kemungkinan adanya gerakan bawah tanah di Jepang, di mana 40 persen penduduknya adalah keturunan Jepang. Laporan itu juga membeberkan bagaimana konsulat Jepang di pesisir barat AS telah mengumpulkan informasi soal kekuatan angkatan udara dan laut AS.

Memorandum yang kini disimpan di perpustakaan dan museum Franklin D Roosevelt, New York itu pertama kali dibuka pada 1975 dan belum dipublikasikan hingga pergantian abad.

Teori Konspirasi


US National Archives Sebuah pesawat tempur Jepang jenis MItsubhisi A6M2 atau sering disebut Zero lepas landas dari dek kapal induk Akagi untuk bergabung dengan gelombang kedua serangan terhadap Pearl Harbor pada 7 Deember 1941.
Sejak lama para penggemar teori konspirasi mengklaim Presiden Roosevelt secara sengaja mengabaikan berbagai peringatan soal rencana serangan Jepang terhadap Pearl Harbor sehingga AS memiliki alasan kuat untuk menyatakan perang terhadap Jepang.

Sebab, saat itu publik AS menentang keinginan untuk terlibat dalam Perang Dunia II yang banyak dilihat sebagai perangnya bangsa Eropa, meski Roosevelt secara pribadi mendukung sekutu yang memerangi negara-negara poros: Jerman, Italia dan Jepang.

Teori terkait konspirasi di balik serangan ini semakin kuat setelah pada Januari 1941, pemerintahan Roosevelt juga mengabaikan peringatan kemungkinan adanya serangan yang dimuat dalam laporan Dubes AS untuk Jepang. Pemerintah AS juga ternyata menolak permintaan militer untuk memindahkan pesawat-pesawat tempur dalam jumlah besar ke Hawaii.

Namun penulis buku December 1841: 31 Dayst that Changed America and Saved the World, Craig Shirley memiliki pendapat lain. Sejarawan ini yakin tak ada konspirasi apapun di balik serangan Pearl Harbor.

"Berdasarkan semua riset saya, saya yakin baik (Presiden) Roosevelt atau pejabat-pejabat lain di pemerintahan AS saat itu, angkatan laut atau kementerian perang mengetahui rencana serangan itu. Jadi tak ada sama sekali konspirasi," kata Shirley.

"Memorandum itu hanya merupakan bukti bahwa ada keyakinan bahwa Jepang tengah mempersiapkan perang namun pemerintah saat itu terkesan abai karena yakin sangat sulit memindahkan sebuah angkatan perang sejauh ribuan kilometer mengarungi Samudera Pasifik, lalu menyerang Hawaii," lanjut Shirley.

Meremehkan Jepang

Pengabaian sejumlah informasi soal kemungkinan serangan terhadap Pearl Harbor itu juga dipicu karena AS meremehkan kemampuan militer Jepang. Saat itu AS yakin Jepang tak mungkin mampu menggelar serangan lintas samudera seperti itu.

Sikap meremehkan kemampuan Jepang juga menghinggapi Inggris yang tak mempersiapkan diri secara maksimal untuk mempertahankan wilayah jajahannya mulai Myanmar, Malaysia hingga Singapura.

Hanya berselang satu hari dari serangan terhadap Pearl Harbor, Jepang melakukan invasi ke Semenanjung Malaya untuk mencegah AS melakukan intervensi di Asia Tenggara.

Invasi ke Semenanjung Malaya itu berakhir dengan jatuhnya Singapura pada Februari 1942 yang diwarnai menyerahnya 80.000 prajurit Inggris, Australia dan India. PM Inggris Winston Churchill menyebut jatuhnya Singapura sebagai "bencana terburuk" dalam sejarah militer Inggris.

Boleh saja berbagai teori konspirasi dituangkan di seputar kisah serangan Pearl Harbor, namun yang jelas aksi Jepang itu secara tidak langsung ikut mengubah jalannya sejarah.

Akibat serangan itu, AS yang sebelumnya netral menyatakan perang terhadap Jepang. Pernyataan perang itu didukung kongres dan publik AS. Sehingga setelah dua tahun perang pecah, AS resmi terlibat dalam konflik yang awalnya oleh publik Amerika disebut sebagai "perangnya bangsa Eropa".
Sejarah: 9 Alasan Jepang Menyerang Pearl Harbor
pengeboman pearl harbor


Jepang melakukan serangan mendadak di Pearl Harbor pada tanggal 7 Desember 1941. Hari bersejarah yang tak terlupakan ini di dokumentasikan dengan baik oleh sejarawan-sejarawan Amerika.

Ada dua gelombang serangan udara dengan total 353 pesawat, diluncurkan dari enam kapal induk milik Jepang. Komandan Mitsuo Fuchida memimpin serangan udara ini.

Jepang berhasil dalam melaksanakan serangan ini, melumpuhkan kontrol Amerika atas Pasifik. Tapi itu hanya sementara. Keesokan harinya, Amerika menyatakan perang terhadap Jepang. Hal ini menyebabkan Amerika resmi masuk dalam Perang Dunia II.

Sebelumnya negara-negara Barat dipimpin oleh Amerika Serikat telah memberlakukan sanksi pada Jepang, karena invasi Jepang ke China. Jepang mengadakan negosiasi diplomatik dengan AS untuk memecahkan kebuntuan ini. Mereka menggunakan waktu ini untuk melancarkan serangan terhadap Pearl Harbor.

Mayoritas armada Jepang harus berlayar sampai lebih dari 4000 kilometer dari markas ke tempat dimana kapal induk dapat meluncurkan pesawat mereka ke Hawaii. Pesawat-pesawatnya tiba sebelum pukul 8 pagi pada tanggal 7 Desember. Tak lama, lima dari delapan kapal perang tenggelam, dengan sisa kapal lainnya rusak. Penyerangan terhadap Pearl Harbor sebenarnya merupakan tindakan pencegahan oleh Jepang. 2042 orang Amerika tewas dan 1247 lainnya luka-luka (terlepas dari korban warga sipil) oleh karena serangan mendadak besar-besaran ini.


9 Alasan Jepang Melakukan Penyerangan Terhadap Pearl Harbor


Presiden Roosevelt melarang semua ekspor besi, baja, dan minyak ke Jepang. Alasan embargo ini adalah invasi yang dilakukan Jepang ke China. Jepang kehilangan 90% dari pasokan minyak. Isolasi ekonomi melumpuhkan perekonomian dan militer mereka.

Amerika belum memasuki Perang Dunia Kedua, karena mereka masih belum pulih dari depresi karena Perang Dunia Pertama. Meskipun begitu, Amerika masih memiliki armada angkatan laut terkuat. Dari perspektif itu, Jepang memiliki angkatan laut yang hampir sama kuatnya dengan angkatan laut Amerika. Jepang mengantisipasi perang angkatan laut besar-besaran dengan Amerika, karena itu Jepang memutuskan untuk bertindak terlebih dahulu dengan melakukan pengeboman Pearl Harbor.

Jepang juga dispekulasi ingin menjadi negara dengan angkatan laut terkuat dan ingin menghancurkan saingan-saingannya, termasuk angkatan laut Amerika dan Inggris.

Amerika Serikat ingin Jepang untuk mundur dari Indo-China Utara.

AS menentang ekspansi Jepang dan tuntutan Jepang tidak tercapai dengan diplomasi.

Jepang berhasrat memperluas kerajaan mereka dan harus membuat keputusan antara menyerah atau perang dengan Amerika Serikat.

Jepang ingin AS menyetujui ekspansi mereka ke Asia.

Pearl Harbor adalah rumah dari Armada Pasifik AS (U.S. Pacific Fleet). Jepang tidak ingin AS masuk dalam perang, karena saat itu Amerika Serikat memiliki angkatan laut terkuat. Mereka menyimpulkan bahwa jika Pacific Fleet dihancurkan, Amerika akan kehilangan semangat dan tidak akan ingin berperang.

Jepang percaya mereka mampu mengalahkan Amerika Serikat. Mereka meyakinkan diri bahwa serangan yang berhasil dapat mematahkan semangat orang Amerika dan merusak stabilitas negara.

Stretegi Maritim Jepang Pada Saat Penyerangan Pearl Harbor


erangan Jepang atas AS itu sebenarnya dilatarbelakangi sikap AS yang akan mengembargo Jepang terhadap pasokan minyak ke Jepang. Hal itu dilakukan AS karena Jepang telah menaklukkan Manchuria, serta berusaha menaklukan seluruh Tiongkok daratan. Selain itu, Jepang juga menandatangani Poros Axis dengan pemimpin Jerman, Adolf Hitler, yang kemudian mampu menguasai Indochina tidak lama setelah itu.

Jepang menganggap embargo itu ancaman serius terhadap keamanan nasional mereka. Jepang pun tertarik pada wilayah Asia Tenggara yang kaya akan minyak dan bahan mentah, namun mereka juga tahu Amerika tidak akan membiarkan Jepang menguasai Asia dan negara lainnya. Di samping itu, Jepang terus berupaya berunding dengan Amerika untuk membatalkan embargo. Namun, Amerika menolak, kecuali jika Jepang mau angkat kaki dari Tiongkok.

Perundingan terus berjalan alot karena masing-masing pihak tidak ada yang mau mengalah, bahkan Amerika akan melanjutkannya dengan membekukan aset-aset Jepang di Amerika setelah melihat pergerakan jepang yang terus menuju Asia Tenggara. Ditambah pula oleh aksi angkatan darat Jepang yang menyerang wilayah Indochina tanpa seizin Tokyo, membuat jalannya diplomasi semakin alot.

Sejak awal, Jepang sadar bahwa menyelesaikan masalah dengan diplomasi akan berakhir jalan buntu dan opsi berperang dengan Amerika, cepat atau lambat tidak dapat terelakkan.

Sejalan dengan teori Ken Booth bahwa peran militer pada hakikatnya adalah penggunaan kekuatan secara optimal untuk memenangkan perang atau konflik bersenjata. Penggunaan kekuatan dilaksanakan untuk menegakkan kedaulatan negara di laut dengan cara pertahanan negara dan penangkalan, melalui penyiapan kekuatan untuk perang, menangkal setiap ancaman militer melalui laut, menjaga stabilitas kawasan maritim, melindungi dan menjaga perbatasan laut dengan negara tetangga.

Sedangkan peran diplomasi dilaksanakan dengan menggunakan kekuatan laut sebagai sarana diplomasi dalam mendukung kebijakan luar negeri pemerintah dan dirancang untuk mempengaruhi kepemimpinan negara atau beberapa negara dalam keadaan damai atau pada situasi yang bermusuhan.

Penghancuran ‘Center of Gravity’


Untuk memuluskan jalan menguasai wilayah Asia, Jepang berencana ‘menetralkan’ kekuatan Armada Pasifik Amerika yang baru dipindah dari San Diego ke Pearl Harbour. Jika armada ini dihancurkan, akan memuluskan usaha Jepang dalam menguasai Asia. Hal ini juga akan menurunkan moral Amerika dan bisa memaksa mereka melakukan perundingan lagi. Ini sesuai dengan ajaran Clausewitz yang mengatakan, Mass, concentrated formations of troops and guns is the key victory, a military power must be mass it forces at the enemies centre of gravity.

Dari prinsip itu, Jepang harus membangun kekuatan tempurnya untuk menguasai center of gravity atau dalam hal ini adalah Pearl Harbour.

Perencanaan itu dilakukan dari April 1941 dengan mengorganisasi kekuatan Angkatan Jaut Jepang yang terkonsentrasi di bawah kapal induk AL Jepang, pimpinan Laksamana Madya Chuichi Nagumo.

Bulan Mei 1941, penerbang AL Jepang memulai persiapan dengan latihan untuk menyerang Pearl Harbour. Tanggal 12-16 September 1941 dilkukan War Games, latihan manuver strategis bagi rencana Jepang memerangi kekuatan barat, di Japanese Naval Staff College. Hari terakhir betul-betul dikhususkan untuk serangan Pearl Harbour.

Tanggal 3 November 1941, persetujuan terakhir bagi serangan Pearl Harbour diberikan staf Jenderal AL Jepang dan 26 November 1941, gugus tugas yang terdiri dari 30 kapal, termasuk enam kapal induk bergerak dari Utara Jepang menuju Kepulauan Hawaii. Panglima Armada dipegang Chuichi Nagumo yang berada di kapal induk Akagi. Yamamoto tetap di perairan Jepang di atas kapal perang Nagato. Rombongan Jepang menyusuri jalur utara, dan Armada Jepang bersembunyi di balik badai dan kabut.

Pada 1 Desember 1941, Kaisar menyetujui rencana penyerangan Pearl Harbour dan Armada udara pertama menerima pesan kode ‘Daki Gunung Nitaka’, tanda untuk melakukan serangan ke Pearl Harbour.

Memasuki 6 Desember 1941, dilakukan pengisian bahan bakar terakhir Armada Udara Pertama sebelum penyerangan. Setelah melalui persiapan matang, Jepang akhirnya membuat keputusan yang menentukan dengan melakukan serangan ke Pearl Harbour pada 7 Desember 1941.

Pertempuran Dahsyat


Pagi hari, 7 Desember 1941, penyerangan besar-besaran dimulai. Pengebom Jepang menyerang Landasan Kaneohe, Ford Island, Hickam, Bellows, Wheeler, dan Ewa. Pengebom torpedo melakukan aksi penyerangan ke kapal-kapal di Pearl Harbour.

Pembom B-17 dari Mainland mencapai Oahu setelah 14 jam perjalanan. Kedatangannya disambut oleh pesawat-pesawat SBD dari USS Enterprise yang tiba di Ford Island terlebih dahulu. Keduanya terjebak antara tembakan lawan dan kawan.

Bala bantuan dari pos terdekat Angkatan Laut AS berdatangan, namun tidak mampu menghadapi serangan Jepang yang membabibuta dan sporadis.

Sekitar pukul 08.50 waktu setempat, Mayor Shimazaki memerintahkan pengerahan gelombang kedua di atas pangkalan militer di Oahu. Serangan dimulai dengan menggunakan sebanyak 54 bom dari ketinggian mengenai stasiun Penerbal, 78 pengebom tukik menembak kapal di pelabuhan, dan 36 pesawat tempur berputar di atas untuk menjaga kendali udara. Alhasil, dalam waktu sekejap, Oahu menjadi lautan api.

Setelah berperang selama 3 jalam lebih, bendera sinyal di atas kapal induk Akagi memerintahkan gugus tugas Jepang untuk menarik diri. Tadao Fuchikami mengirim pesan dari Washington menyangkut ultimatum dari Jepang yang harus diberikan pada pukul 13.00 waktu Washington. Pukul 16.25 waktu Hawaii, Gubernur menandatangani proklamasi perang terhadap Jepang dan Hukum militer mulai diberlakukan.

Kuasai Laut, Kuasai Dunia


Serangan yang berlangsung selama lebih dari 6 jam itu membuat teori Baron Antoine de Jomini yang menekankan pentingnya lines of communication, konsentrasi kekuatan, dan daya serang untuk menghancurkan kekuatan armada musuh berjalan dalam peristiwa ini.

Jepang berhasil melakukan blockade medan tempur di Perairan Pasifik, sehingga memutus suplai logistik dan bantuan terhadap pangkalan Pearl Harbour. Dalam waktu itu pula, Pearl Harbour terkurung akibat serangan yang sporadis dari laut dan udara.

Menurut Julian Corbett, ada tiga fungsi armada, yaitu mendukung atau menghalangi diplomasi, mempertahankan atau merusakan perdagangan, mendukung atau menghalangi operasi di laut.

Corbett menyatakan, tujuan dari Perang Laut adalah Commad of the Sea dalam bentuk pengendalian laut (sea control), dengan metode pertempuran yang menentukan (decisive battle), blokade laut, armada siaga (fleet in being), serangan balas (minor counter attack), pertahanan melawan invasi (defence against invansion), penyerangan dan perlindungan kapal dagang (attack dan defence of commerce), penyerangan, pertahanan, dan bantuan ekpedisi militer (attack, defence, and support of military).

Atas penerapan strategi itu, Jepang akhirnya menjadi penguasa di Pasifik. Di sisi lain, Amerika tidak sanggup menerapkan strategi maritimnya karena tidak siap menghadapi serangan yang serba-mendadak. Hancurnya Pearl Harbour membuat Jepang semakin leluasa menyerang Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Dua samudera, Pasifik dan Hindia, hendak mereka kuasai saat itu.

Begitulah. Siapa yang menguasai lautan akan menguasai perdagangan dunia, dan akhirnya akan menguasai dunia. Dalam kurun waktu 3,5 tahun, Jepang telah menjadi penguasa dua samudera, sebelum akhirnya hancur lebur melalui pengeboman Hiroshima dan Nagasaki.