Sejarah Adolf Hitler dan Nazi di Jerman yang Hampir Menguasai Dunia

Sejarah. Bermula pada tanggal 20 April 1889 dimana saat itu seorang anak yang kelak menjadi pemimpin Nazi ini dilahirkan di sebuah kota bernama Branau am Inn, Austria. Hitler menjadi kanselir Jerman pada tahun 1933 hingga tahun 1945 dan diktator dari Nazi Jerman sejak 1934 hingga 1945. Hitler dan Nazi yang ada di bawah komandonya menjadi titik pusat dari Perang Dunia II di Eropa dan Holocaust.

Awal lahirnya sang pemimpin nazi Adolf Hitler dimulai oleh Alois Hitler yang merupakan anak di luar pernikahan dari Maria Anna Schicklgruber. Alois diangkat anak oleh keluarga dari Johann Nepomuk Hiedler setelah ibunya meninggal pada tahun 1847, dan pada tahun 1876 ia diresmikan dan di catatan baptisnya, tertulis Georg Hiedler sebagai ayahnya. Alois menikahi Klara Polzl pada tahun 1885 dan melahirkan Adolf Hitler sebagai anak keempatnya pada tahun 1889.

Pada tahun 1895, Alois memilih untuk pensiun dan kembali pulang ke rumah kecil di Hafeld tempat dia beternak lebah. Perpindahan keluarga ini ke Hafeld memulai sebuah pertikaian antara ayah dan anak yang disebabkan oleh ketidak-inginan Hitler untuk menghadapi disiplin yang ada di sekolahnya. Setelah usaha ternak lebah milik Alois gagal, keluarga Hitler kembali pindah ke Lambach di tahun 1897. Pada tahun 1898, keluarga Hitler pindah kembali secara permanen ke Leonding. Adik laki-laki Hitler, Edmund, meninggal pada tahun 1900 dikarenakan oleh campak. Sepeninggalan adiknya, Hitler berubah menjadi anak yang mudah murung dan cemberut, juga sering bertengkar dengan ayah dan guru-gurunya di sekolah.

Seperti kebanyakan masyarakat Jerman Austria, Hitler mulai memiliki rasa nasionalis sejak muda yang nantinya akan menjadi pupuk pembentuk sejarah Nazi dan Adolf Hitler di mata dunia. Hitler tetap loyal hanya kepada Jerman dan mengutuk berkurangnya kekuatan dari Monarki Habsburg dan daerahnya. Hitler dan teman-temannya bahkan menyanyikan lagu Deutschlandlied, bukannya lagu kebangsaan yang dimiliki tentara Austria.

Pada tanggal 3 Januari 1903, Alois meninggal tanpa pertanda apapun sebelumnya. Hal ini kemudian berjalan seiring dengan performa Hitler yang terus menurun dan pada akhirnya, ibunya memperbolehkan ia untuk keluar dari sekolah. Ia kemudian mendaftar di Realshucle yang terletak di Steyr pada 1904 dan lulus pada tahun 1905 tanpa ambisi melanjutkan studi ataupun rencana karir sehabis menjalani pengulangan tes terakhir.

Pada saat Perang Dunia I pecah, Hitler sedang tinggal di Munich dan menjadi sukarelawan untuk tentara Bavaria sebagai seorang penduduk Austria. Hitler yang diposisikan pada Bavarian Reserve Infantry regimen ke-16 ditugaskan menjadi seorang penyampai pesan di sisi barat depan, di Prancis dan Belgia. Hitler sendiri sudah mengikuti perang pertama Ypres, perang Somme, perang Arras, dan perang Passchendaele. Hitler yang sempat terluka di Somme kemudian diberikan iron cross akan keberaniannya pada tahun 1914. Pada tanggal 15 Oktober 1918, Hitler terkena serangan gas beracun dan harus dirawat di Pasewalk, dimana Hitler akhirnya tahu tentang kekalahan Jerman di Perang Dunia I.

Di tahun 1919, Hitler kembali ke Jerman dan ditunjuk sebagai agen intelijen dari sebuah Aufklarungskommando (pasukan pengintai) dari Reichswehr. Tugas yang diberikan kepada hitler adalah untuk mempengaruhi tentara lain dan menginfiltrasi Partai Pekerja Jerman (DAP). Ketika sedang memonitor aktivitas DAP inilah Hitler mulai tertarik dengan pandangan antisemitis, nasionalis, antikapitalis, dan antiMarxist dari pembentuk partai tersebut, Anton Drexler. Pada satu masa saat ia sedang ada dalam pertemuan DAP, Hitler tertarik untuk memberi pidato, dan Drexler sangat terpukau dengan kemampuan berorasi Hitler sehingga mengajaknya bergabung pada tanggal 12 September 1919, yang kemudian disetujui oleh Hitler.

Saat bergabung di DAP, Hitler bertemu dengan Dietrich Eckart, salah satu pendiri partai dan anggota Thule Society. Eckart kemudian menjadi mentor Hitler, bertukar ide dan memperkenalkan Hitler pada kehidupan sosial di Munich. Untuk meningkatkan popularitas, DAP kemudia mengganti nama mereka menjadi Partai Sosialis Nasional Pekerja Jerman (NSDAP) dimana Hitler membuat desain swastika pada lingkaran putih dengan warna latar merah. Pada tahun 1923, Hitler meminta bantuan dari jendral Perang Dunia I, Erich Ludendroff, untuk melaksanakan sebuah kudeta yang dikenal dengan Beer Hall Putsch, dimana kudeta ini berakhir dengan penangkapan Hitler pada 11 November 1923 dan dihukum penjara selama lima tahun.

Pada masa ia dipenjara inilah, sebuah kumpulan buku tulisannya yang berjudul Mein Kampf (perjuanganku) ditulis. Buku ini didedikasikan kepada Dietrich Eckart, dan merupakan sebuah otobiografi serta eksposisi ideologi Hitler. Buku ini sendiri terpengaruh oleh buku berjudul The Passing of the Great Race yang ditulis oleh Madison Grant, yang dianggap alkitab oleh Hitler. Sejarah Nazi dan Adolf Hitler mulai tertulis di buku sejarah sejak jatuhnya pasar saham Amerika pada 24 Oktober 1929 yang berdampak besar terhadap Jerman. Hitler dan NSDAP bersiap untuk menggunakan kepanikan ini dan akhirnya menjadikan Nazi sebagai partai terbesar di Reichstag.

Hitler ditunjuk menjadi kanselir Jerman oleh Paul von Hindenburg pada 30 Januari 1933 karena tekanan dari politisi, orang-orang industri, dan komunitas bisnis. Kejadian ini mendorong Hitler mengganti pemimpin dari setiap organisasi sipil menjadi orang-orang Nazi. Pemerintahan Hitler dan Nazi mulai menjadi sebuah pemerintahan yang kejam menyusul terjadinya Perang Dunia II yang mereka kobarkan. Banyak warga sipil Jerman yang tewas, dan banyak lagi yang menjadi korban kelam holocaust. Berakhirnya Sejarah Nazi dan Adolf Hitler terjadi ketika Jerman mengalami kekalahan besar-besaran yang mendorong Hitler menarik pelatuk pistolnya dan mengakhiri nyawanya sendiri di ruangan pribadinya.

Hitler Raih Kekuasaan

Pengangkatan Adolf Hitler menjadi kanselir tanggal 30 Januari 1933 oleh Presiden Jerman saat itu, Hindenburg mengawali kekuasaan kejam rejim nasionalsosialisme, yang lebih dikenal dengan nama Nazi.


Suasana mencekam terlihat pada tanggal 30 Januari 1933 di kawasan sekitar Gerbang Brandenburg di Berlin. Ini adalah sebuah lapangan dengan jalan lebar yang disiapkan untuk parade besar dengan Gerbang Brandenburg berdiri megah di tengah-tengah.

Pimpinan propaganda Nazi Joseph Goebbels sejak beberapa jam sebelumnya, mengumpulkan barisan milisi Sturmabteilung (SA). Ini adalah kelompok bersenjata yang merupakan pasukan pengaman partai NSDAP, partai yang dipimpin oleh Hitler dan sering disebut NS atau Nazi. Lebih 20 ribu anggota SA telah berkumpul menjelang sore hari di kawasan Gerbang Brandenburg.

Acara puncak disiapkan pada jam 7 malam. Obor mulai dinyalakan dan satuan-satuan SA melakukan pawai melewati Gerbang Brandenburg. Beberapa jam sebelumnya, Adolf Hitler secara resmi diangkat menjadi kanselir oleh Presiden Paul von Hindenburg.
Hitler tampil di jendela kantor kanselir, disambut oleh para pendukungnya.

Hitler tampil di jendela kantor kanselir, disambut oleh para pendukungnya.

Fakta Di Balik Naiknya Hitler Sebagai Penguasa


Kekuasaan Hitler diraih bukan melalui kemenangan besar dalam pemilihan umum. Namun ia takkan menjadi Kanselir Reich seandainya pada bulan Januari 1933 ia tidak memimpin partai terkuat. Pada pemilihan umum untuk Reichstag yang terakhir di era Republik Weimar pada tanggal 6 November 1932, partai Nazi kehilangan dua juta suara dibandingkan dengan hasil pemilu pada tanggal 31 Juli 1932. Sebaliknya partai komunis berhasil mendapat tambahan 600.000 suara, sehingga mencapai angka magis 100 kursi Reichstag. Sukses Partai Komunis Jerman (KPD) itu memperbesar kekhawatiran akan perang saudara. Rasa takut itulah sekutu terkuat Hitler, terutama di kalangan elite kekuasaan yang konservatif. Berkat rekomendasi kalangan tersebut kepada Hindenburg, pada tanggal 30 Januari 1930 Hitler diangkat oleh Presiden Reich itu sebagai kanselir yang memimpin kabinet yang mayoritas anggotanya berhaluan konservatif.

Untuk tetap mempertahankan kekuasaan selama dua belas tahun pemerintahan Reich Ketiga, tidak cukup menjalankan teror terhadap semua pihak yang berbeda pendapat. Hitler memperoleh dukungan dari sebagian besar kaum buruh, sebab ia berhasil menghapus pengangguran masal dalam waktu beberapa tahun saja. Sukses itu terutama didasarkan atas konyungtur industri persenjataan. Dukungan pekerja dapat dipertahankan oleh Hitler selama Perang Dunia II. Caranya dengan memeras tenaga kerja dan sumber daya di daerah-daerah pendudukan secara kejam, sehingga massa rakyat Jerman tidak mengalami kekurangan yang parah seperti pada Perang Dunia I. Sukses besar di bidang politik luar negeri dalam tahun-tahun menjelang perang, terutama pendudukan daerah Rheinland yang semula zone bebas militer serta “aneksasi” Austria pada bulan Maret 1938, membuat kepopuleran Hitler meroket di segala lapisan masyarakat. Mitos mengenai Reich dan misi historisnya, yang diperalat dengan cekatan oleh Hitler, terutama mempengaruhi orang Jerman yang terpelajar. Dukungan mereka dibutuhkan oleh pemimpin atau Führer yang karismatik itu, kalau ia ingin membuat Jerman menjadi kekuatan penata di Eropa secara lestari. Sebaliknya kalangan terpelajar itu memerlukan Hitler, karena di mata mereka tidak ada tokoh lain yang mampu mewujudkan impian mengenai negara yang besar orang Jerman.

Dalam berbagai kampanye pemilu pada awal tahun 1930-an, Hitler tidak menutupi sikapnya yang memusuhi orang Yahudi, tetapi juga tidak menonjolkannya. Di kalangan buruh, yang hendak dirangkul oleh semua pihak, sikap itu memang takkan disambut. Di kalangan warga terpelajar dan berada, begitu juga di antara tukang, pengusaha kecil dan petani, prasangka anti-Yahudi tersebar luas, tetapi mereka tidak menyukai “antisemitisme yang ribut”. Peristiwa pencabutan hak orang Yahudi di Jerman melalui Undang-Undang Ras yang disahkan di Nürnberg pada bulan September 1935 tidak menimbulkan protes, karena tidak melanggar formalitas hukum. Kekerasan dan kerusuhan pada malam 9 November 1938 (Reichskristallnacht) tidaklah populer, berbeda dengan “peng-arya-an” harta benda Yahudi, suatu aksi pengalihan harta secara besar-besaran yang dampaknya terasa hingga kini. Kabar mengenai holocaust, pemusnahan sistematis kaum Yahudi di Eropa pada masa Perang Dunia II, tersebar lebih luas daripada yang diinginkan oleh rezim Nazi. Namun agar sesuatu dapat diketahui perlu ada rasa ingin tahu, dan menyangkut nasib warga Yahudi, hal terakhir ini kurang di Jerman pada saat “Reich Ketiga”.

Dalam sejarah Jerman, jatuhnya Reich “Jerman yang besar” pimpinan Hitler pada bulan Mei 1945 berarti titik balik yang jauh lebih besar dampaknya daripada runtuhnya kekaisaran pada bulan November 1918. Keutuhan Reich itu sendiri tidak tersentuh seusai Perang Dunia I. Setelah kapitulasi tanpa syarat pada akhir Perang Dunia Kedua, selain kekuasaan pemerintah, wewenang menentukan masa depan Jerman juga berpindah ke tangan keempat negara pendudukan, yaitu Amerika Serikat, Uni Sovyet, Inggris dan Perancis. Berbeda dengan tahun 1918, pada tahun 1945 kuasa pimpinan politik dan militer Jerman dicabut. Para pejabat yang masih hidup diadili oleh Mahkamah Militer Internasional di Nürnberg (Perkara-Perkara Nürnberg). Para bangsawan pemilik latifundium di sebelah timur Sungai Elbe, yaitu kelompok yang lebih banyak berperan dalam proses penghancuran Republik Weimar dan pengalihan kekuasaan kepada Hitler daripada kelompok elite kekuasaan lainnya, kehilangan tanah dan harta. Ada yang harus meninggalkan daerah asalnya akibat dipisahkannya kawasan di sebelah timur Sungai Oder dan Sungai Neiße dekat Görlitz dari wilayah Jerman, kemudian ditempatkan di bawah administrasi Polandia atau, dalam hal Ostpreußen bagian utara, di bawah administrasi Uni Sovyet. Tanah milik sebagian lain dari kelompok tuan tanah tersebut disita dalam rangka land reform di zone pendudukan Uni Sovyet.

Berbeda dengan keadaan setelah tahun 1918, sehabis tahun 1945 tidak terdengar legenda mengenai Jerman yang tidak bersalah mencetuskan perang atau “legenda tikaman pisau belati”. Sudah nyata bahwa Jerman yang nasionalsosialis mencetuskan Perang Dunia II, dan hanya dapat ditumbangkan dari luar oleh kekuatan sekutu yang unggul. Baik dalam Perang Dunia Pertama maupun yang Kedua, mesin propaganda Jerman menggambarkan negara-negara demokrasi Barat sebagai plutokrasi imperialis, dan tatanan Jerman sendiri sebagai perwujudan keadilan sosial yang sempurna. Tidaklah masuk akal seandainya pasca-1945 demokrasi Barat kembali diserang. Akibat meremehkan ide-ide politik Barat, Jerman telah membayar harga yang sangat tinggi, dan semboyan-semboyan lama takkan laku lagi.

Asal-Usul dari Gerakan Nazi yang Dipimpin Oleh Hitler


Naziisme merupakan paham yang dikembangkan oleh aliran Partai Sosialis Jerman yang dipimpin oleh Adolf Hitler. Pada awal berdirinya, Partai Buruh Nasional Jerman ini berhaluan kanan dan hanya berkembang di kota Munich. Namun keadaan berubah setelah Hitler mengambil alih kepemimpinan. Partai ini berkembang sangat pesat dan mendapat dukungan warga Jerman secara luas.

Menurut Hudaya Latuconsina, ketika Perang Dunia I berakhir, gerakan nasionalisme yang bersifat chauvinistis mulai tumbuh di negara-negara yang kalah perang. Gerakan nasionalisme tersebut muncul dalam bentuk gerakan Nazi Hitler di Jerman, gerakan Fasisme Mussolini di Italia, berkembangnya paham komunisme di Rusia, dan Pemerintahan diktator Jenderal Franco di Spanyol.

Pada tahun 1933 Partai Nazi dibawah kepemimpinan Adolf Hitler menguasai Pemerintahan Jerman dan mulai melakukan kekejaman untuk menegakkan kekuasaannya. Semua bentuk peninggalan masa Pemerintahan demokrasi Jerman dihancurkan oleh gerakan Nazi. Bahkan gereja dan madzhab agama serta organisasi buruh pun ditindas. Peristiwa kekejaman Nazi yang terkenal adalah pembantaian kaum Yahudi di Jerman. Orang-orang Yahudi dikejar dan dibunuh walaupun mereka tidak bersalah.
Isi Ajaran Adolf Hitler dan Partai Nazi

Pada masa Adolf Hitler berkuasa, rakyat Jerman tidak boleh menentang pendapat Pemerintahan Nazi. Pokok-pokok ajaran Partai Nazi digariskan oleh Adolf Hitler dalam bukunya yang berjudul Mein Kampf (Perjuanganku). Buku ajaran Nazi tersebut menekankan kepada keunggulan, kemurnian, dan keangkuhan ras bangsa Arya. Akibat berkembangnya paham Nazi adalah orang Jerman merasa bahwa bangsanya terkuat dan harus menguasai bangsa-bangsa lain yang lebih rendah.

Dedi Rafidi dalam buku Sejarah Fasisme Dunia menuliskan bahwa Adolf Hitler menggantikan praktek demokrasi di Jerman dengan prinsip kepemimpinan diktator. Ia berdiri di atas massa yang harus taat kepada perintahnya tanpa harus bertanya. Ia mengambil tanggungjawab penuh atas segala hal yang mampu maupun tidak mampu dikerjakan.

Karena padatnya jumlah penduduk Jerman serta wilayahnya yang tidak mungkin dikembangkan lagi, maka bangsa Jerman membutuhkan ruang hidup yang lebih luas dengan merebut dan menguasai negeri-negeri di sekitarnya. Gerakan Nazi ini dikenal dengan nama Politik Lebensraum.

Politik Lebensraum Nazi sangat membahayakan kelangsungan hidup negeri-negeri di sekitarnya. Ini dibuktikan dengan adanya aksi perampasan wilayah yang dilakukan oleh Jerman terhadap Rusia, Austria, Chekoslovakia dan Polandia. Bahkan peristiwa perampasan atas Polandia telah menjadi penyebab khusus terjadinya Perang Dunia II di Eropa.

Hitler yang baru saja dilantik tampil di jendela kantor kekanseliran dan segera dielu-elukan pendukungnya. Parade raksasa ini direncanakan dengan baik oleh Joseph Goebbels. Ia ingin menunjukkan secara dramatis kebangkitan Jerman menjadi kekuatan baru.

Dramaturgi Monumental

Karena itu Goebbels membuat sebuah dramaturgi khusus. Malam perayaan ini ingin dibuatnya sebagai ”Malam Keajaiban Besar”. Para pembawa obor akan memberntuk sebuah ”jalur api” yang membelah kota Berlin.

Goebbels ingin membuat suasana monumental. Karena suasana seperti itu sangat cocok kalau direkam dalam film dan ditunjukkan di gedung bioskop. Waktu itu, berita-berita memang ditunjukkan dalam bentuk film di gedung-gedung bioskop.

Tapi dramaturgi Goebbels gagal, sebab terlalu banyak pejalan kaki berjalan kesana kemari dan mengganggu formasi para pembawa obor. Goebbels merasa sangat kecewa dan belakangan mengulang adegan itu untuk direkam. Milisi SA berbaris membawa obor dengan penuh kebanggaan.

Pelukis terkenal Jerman-Yahudi Max Liebermann tidak tahan melihat suasana penuh mitos itu. ”Saya tidak bisa makan sebanyak yang ingin saya muntahkan”, demikian komentarnya.

Republik Weimar Runtuh


Sejarah naiknya Adolf Hitler terkait erat dengan sejarah runtuhnya Republik Weimar. Sejak pembentukan Republik Weimar tahun 1918, negara ini terus mengalami rongrongan karena kesalahan besar pada kelahirannya: Ini merupakan negara demokrasi tanpa demokrat.

Sebagian besar masyarakat Jerman menolak Republik Weimar, terutama kelompok elit dari kalangan ekonomi, birokrasi dan bahkan dari kalangan politik. Aksi kudeta yang dilancarkan baik oleh kelompok kanan dan kelompok kiri mengguncang negara muda ini.

Dalam lima tahun pertama terjadi aksi pembunuhan spektakuler, antara lain terhadap tokoh komunis Rosa Luxemburg dan Karl Liebknecht dan terhadap Menteri Luar Negeri Walther Rathenau. Pelakunya berasal dari kalangan ekstrim kanan.

Politik di Republik Weimar memang ditandai oleh ketidakstabilan. Selama 14 tahun terjadi pergantian pemerintahan sebanyak 21 kali. Dari 17 partai politik yang ada di parlemen, beberapa partai jelas-jelas memusuhi konstitusi.

Bersamaan dengan setiap krisis politik dan krisis ekonomi, masyarakat makin kehilangan kepercayaan terhadap sistem demokrasi. Makin banyak orang yang bergabung dengan kelompok-kelompok ekstrim. Ada dua kelompok ekstrim yang berseberangan, kelompok kanan diwakili oleh kubu nasional sosialistis atau Nazi, sedangkan kubu kiri diwakili oleh kubu komunis.

Tahun 1930 Jerman hampir mengalami perang saudara. Kelompok Nazi dan komunis saling menyerang secara terbuka. Situasi jadi makin parah karena terjadi krisis ekonomi dunia tahun 1929. Pada tahun 1932, tercatat ada 5,6 juta penduduk Jerman yang menganggur.

Merindukan Orang Kuat

Dalam situasi kacau seperti ini, banyak orang merindukan munculnya seorang pemimpin yang kuat, yang bisa membawa Jerman keluar dari krisis. Presiden saat itu, Paul von Hindenburg, sebenarnya merupakan seorang pemimpin yang tegas. Banyak orang yang melihatnya sebagai pengganti kaisar Jerman.

Menurut konstitusi Republik Weimar, kedudukan presiden memang sangat kuat. Ia bisa membubarkan parlemen dan bisa membuat undang-undang darurat lewat dekrit presiden. Hindenburg sendiri sering memerintah dengan undang-undang darurat, karena parlemen lumpuh oleh pertikaian antar kubu. Tapi Hindenburg tidak bisa menyelamatkan Jerman, karena ia sendiri sudah tua. Awal 1933 ia memasuki usia 85 tahun.
Presiden Jerman Paul von Hindenburg (1918)

Potret Presiden Jerman Paul von Hindenburg dari tahun 1918


Setelah pemerintahan silih berganti, Hindenburg ingin agar terbentuk pemerintahan yang stabil. Ia melihat kemungkinan terbentuknya pemerintahan nasional konservatif kanan. Tadinya Hindenburg sangat skeptis terhadap Hitler. Ia sebelumnya sering menyebut Hitler sebagai ”seorang bintara”. Hindenburg sendiri adalah seorang panglima perang pada Perang Dunia I dan sangat dihormati oleh rakyat Jerman. Hitler hanya pernah menjadi seorang serdadu biasa.

Tapi Hindenburg kemudian berubah pikiran. Ketika itu, orang-orang yang dekat dengan dia menjamin bahwa mereka bisa mengendalikan Hitler. Ketua Partai Rakyat Jerman, Deutschnationale Volkspartei, Alfred Hugenberg ketika itu menerangkan: ”kita akan memagari Hitler.”

Semuanya terlihat aman, sebab dalam kabinet yang akan dibentuk, hanya ada dua kursi menteri yang diberikan kepada Nazi. Di lain pihak, Hitler dan para pendukungnya ketika itu terlihat bersikap moderat dan menghindari tindakan yang terlalu berlebihan.

Seperti Dongeng

Bagi Hitler dan para pengikutnya, tanggal 30 Januari adalah hari yang sudah lama mereka impikan. Dengan penuh kegembiraan, Joseph Goebbels menulis dalam buku hariannya: ”Hitler diangkat menjadi kanselir. Seperti dalam dongeng!”.

Tanpa mengindahkan niat politik dan tujuan-tujuan gelapnya, Hitler akhirnya dijadikan kanselir Jerman. Padahal ia sudah menuliskan rencana-rencana itu dalam bukunya ”Mein Kampf”. Ia menulis bahwa orang Yahudi harus ”disingkirkan” dan ruang kehidupan yang baru harus direbut ”dengan pedang”.

Tanggal 30 Januari 1933 dikenal sebagai ”Tag der Machtergreifung”, yaitu ”hari meraih kekuasaan”. Istilah ”Machtergreifung” ini adalah propaganda yang disebarluaskan oleh kaum Nazi. Pengangkatan Hitler sebagai kanselir memang terjadi secara legal.

Setelah pengambilan sumpah jabatan atas Hitler, Hindenburg lalu mengatakan: ”dan sekarang, tuan-tuan, majulah bersama Tuhan”. Hindenburg meninggal tahun 1934. Ia tidak mengalami bagaimana Hitler kemudian menjerumuskan Jerman ke dalam tragedi Holocaust dan Perang Dunia II.

Anggapan para penasehat Hindenburg, bahwa mereka bisa mengendalikan dan menetralisasi Hitler adalah bayangan naif. Setelah dilantik sebagai kanselir, Hitler mulai melancarkan teror di seluruh negeri dengan mengerahkan satuan milisi SA. Para pengikut komunis, sosialdemokrat dan serikat buruh dikejar dan ditindas. Dimana-mana didirikan kamp konsentrasi, tempat SA menahan dan menyiksa korbannya.

Tidak lama kemudian, warga Yahudi, orang-orang lain dan kelompok etnis yang tidak disenangi menjadi sasaran. Hitler hanya perlu beberapa bulan untuk menghancurkan sistem demokrasi Weimar dan menggantinya dengan sistem diktatur.


Pertempuran Berlin dan matinya Hitler (Runtuhnya Nazi)


Pertempuran Berlin adalah salah satu pertempuran di babak akhir (1944-1945) pada perang dunia kedua di Front Timur (eropa). Sesuai namanya, pertempuran ini terjadi di kota Berlin, kota yang menjadi pusat kekuasaan Nazi Jerman sekaligus menjadi incaran sekutu barat maupun pihak Soviet yang berlomba - lomba untuk mendapatkan kota ini, yang akhirnya dimenangkan oleh pihak Soviet karena pimpinan pasukan sekutu barat, Dwight D Eisenhower, memutuskan untuk membiarkan pasukan Soviet untuk mengambil kota tersebut, namun tetap menyerang Berlin melalui air raid besar - besaran oleh bomber - bomber sekutu.


Eisenhower bersama dengan Churchill, PM Inggris semasa PD2


Pertempuran Berlin menandai runtuhnya kekuasaan Nazi secara total dengan peristiwa kematian Hitler, dan menjadi salah satu pertempuran yang paling berdarah yang berlangsung selama beberapa minggu, dengan korban total sebesar 100.000 (perhitungan Jerman) sampai 500.000 (perhitungan Soviet) tentara tewas dan sekitar 22.000 rakyat sipil tewas

AWAL MULA

Alasan mengapa Stalin ingin sekali menguasai Berlin secepatnya adalah karena Berlin mempunyai banyak aset strategis, terutama kemungkinan tentang blueprint program bom atom Jerman. Selain itu, Stalin juga ingin menjadikan jatuhnya Berlin sebagai "hadiah" pada saat perayaan hari buruh 1 Mei tahun 1945.

Untuk merebut Berlin, Soviet mengirim 2.500.000 pasukan yang dilengkapi dengan kendaraan lapis baja dan puluhan ribu artileri. Di sisi lain, pihak Jerman hanya memiliki sekitar 700.000 pasukan sedang di dalam Berlin sendiri hanya ada sekitar 45.000 tentara dibantu dengan 40.000 Volksstrum (tentara rakyat/militia).

Jendral Gotthard Heinrichi, panglima utama Army Group Vistula yang bertahan di luar Berlin di pinggir sungai Oder, memilih untuk tidak bertahan di pinggiran sungai, namun di daerah yang bernama Seelow Heights dengan membangun parit, bunker, dan meletakkan banyak senjata anti - tank disana. Hal ini melambatkan gerak maju pasukan Soviet dalam waktu yang cukup lama, namun tidak bisa menghentikannya.


Gotthard Heinrichi

Jatuhnya pertahanan di Seelow Heights menyebabkan pasukan Soviet dengan cepat mampu melakukan gerakan mengepung kota Berlin yang kemudian dilanjutkan dengan serangan artileri besar - besaran ke kota tersebut (yang oleh Soviet disebut sebagai "Hadiah ulang tahun Hitler"). Hal ini diperparah dengan serangan udara besar - besaran oleh sekutu terhadap kota Berlin, yang baru berhenti pada saat pasukan Soviet mulai memasuki kota Berlin.

Pada saat itu, Hitler, yang memilih bertahan di Berlin, marah besar dan menyalahkan para Jendralnya yang ia sebut tidak becus karena telah gagal menghentikan gerak maju pasukan Soviet sehingga kota Berlin akhirnya terkepung. Padahal jika dilihat pada kondisi pasukan Jerman sendiri, sebenarnya mempertahankan Berlin sudah tidak mungkin lagi. Selain karena jumlah pasukan yang sedikit, juga perlengkapan pasukan yang sangat kurang, ditambah terbatasnya jumlah mesin - mesin perang seperti Panzer yang diperparah dengan krisis stok bensin di angkatan perang Jerman.

PERTEMPURAN DALAM BERLIN


Kota Berlin, yang dikelilingi jutaan pasukan Soviet dari Army Group yang masing masing dipimpin Gregory Zhukov dan Ivan Konev, akhirnya mulai dimasuki Soviet pada tanggal 23 April 1945. Kota Berlin pada saat itu hanya dijaga oleh 45.000 pasukan beserta polis dan 40.000 Volksstrum/militia. Sebelumnya Hitler telah memerintahkan evakuasi terhadap sebagian besar panglima Wermacht (AD Jerman) dan SS (pasukan pribadi Hitler), sedang ia sendiri memilih untuk bertahan dalam kota. Pimpinan pasukan dalam kota diberikan kepada Helmuth Weilding.

Menggunakan pengalaman Urban Warfare yang dipelajari selama perang, pasukan Jerman mati - matian bertahan di dalam kota Berlin menghadapi serbuan massal pasukan Soviet yang berjumlah sekitar 1.500.000 pasukan. Namun, meskipun pasukan Jerman sudah bertahan mati - matian, tetap saja hasil akhir sudah jelas : Berlin tinggal menunggu waktu kejatuhannya.

Salah satu babak paling terkenal dalam pertahanan di Berlin adalah pertahanan di gedung Reichstag (parlemen) yang dipertahankan oleh sekitar 1.000 pasukan Jerman. Mereka mampu mempertahankan gedung tersebut dari 30 April hingga 2 Mei karena bermacam - macam pertahanan yang telah disiapkan di luar maupun dalam gedung tersebut, menjadikan gedung tersebut semacam ladang pembantaian. Namun karena jumlah pasukan yang sedikit, akhirnya pertahanan dalam gedung runtuh juga.


Hitler bersalaman dengan anggota Hitler Youth di luar Fuhrerbunker


Mengetahui bahwa kota Berlin tinggal mengunggu waktu jatuhnya saja, maka Hitler merasa bahwa sudah tiba saatnya bagi dia untuk mengakhiri hidupnya. Hal ini diperkuat dengan adanya berita bahwa pemimpin SS, Heinrich Himmler, telah menawarkan menyerah kepada sekutu barat. Hal ini meyakinkan Hitler bahwa kebanyakan dari orang - orang kepercayaannya telah meninggalkan dia.

Tengah malam pada tanggal 28 April, Hitler memutuskan untuk menikahi kekasihnya Eva Braun di suatu acara seremonial sederhana di dalam Fuhrerbunker (bunkernya Hitler) di dalam kota Berlin. Ia lalu memanggil sekretarisnya Traudl Junge untuk menuliskan pesan dan wasiatnya yang salah satunya berupa memilih Laksamana Karl Doneitz sebagai penggantinya dan meminta agar tubuh ia dan istrinya dikremasi setelah meninggal, agar tidak menjadi "bulan - bulanan" Soviet jika mereka mencapai Fuhrerbunker.

Pada tanggal 30 April sekitar jam 3 siang, beberapa orang dalam Fuhrerbunker mendengar suara tembakan dari dalam ruangan pribadi Hitler. Ketika dimasuki, mereka menemukan mayat Hitler dengan luka tembak di kepala dan pistol di tangannya bersama mayat Eva Braun yang lalu diketahui telah menelan pil sianida. Sesuai dengan permintannya, saat itu juga mayat mereka berdua langsung dikremasi di luar Fuhrerbunker dan dilakukan secara diam - diam agar tidak ada orang luar yang melihat proses kremasi (meskipun akhirnya ada 2 orang luar yang tidak sengaja melihat peristiwa tersebut). Setelah itu, menteri propoganda, Joseph Goebbles bersama istri dan anak - anaknya juga turut melakukan bunuh diri, dan juga dikremasi.

Pertempuran dalam Berlin akhirnya berhenti dengan menyerahnya pasukan Jerman beserta komandannya Weidling kepada pihak Soviet. Penyerahan diri tersebut diterima oleh Letjen Chuikov dalam format tertulis resmi. Setelah itu pihak Soviet menahan sekitar 180.000 orang.

Pada saat ini, meskipun sudah dilarang komando tinggi Soviet, banyak pasukan Soviet, terutama dari eselon belakang melakukan penjarahan dan pemerkosaan besar - besaran yang hampir - hampir tak terkendali, sehingga pihak komando tertinggi soviet terpaksa mengeluarkan perintah tembak di tempat jika ada tentara yang kedapatan menjarah atau memperkosa rakyat Berlin. Selain itu, dilakukan juga usaha besar-besaran untuk menyuplai rakyat Berlin yang sedang kekurangan makanan.

Dengan jatuhnya Berlin, maka kekuatan terakhir Nazi Jerman akhirnya runtuh (meskipun di beberapa tempat masih ada perlawanan). Hal ini mengakibatkan menyerahnya Jerman dan kapitulasi Jerman kepada pihak Soviet dan sekutu termasuk pembagaian Jerman barat dan timur, yang kelak menjadi titik awal konflik baru di dunia : Perang Dingin

Desas-Desus Hitler dan Indonesia


Ideologi Nazi ternyata pernah subur berkembang di Indonesia sebelum Indonesia merdeka. Perwakilan Nazi (kependekan dari Nasionalsozialist), yang nama resminya Nationalsozialistische Deutsche Arbeiterpartei (NSDAP) atau Partai Nasionalis-Sosialis Pekerja Jerman), bercokol di Hindia Belanda sejak 1931, sebelum Hitler menjadi Kanselir Jerman pada 1933.

Kantor pusatnya terletak di Batavia dan cabangnya tersebar di Surabaya, Bandung, Medan, Padang, dan Makassar. NSDAP Hindia Belanda bahkan menjadi perwakilan Nazi nomor dua terbesar di kawasan Asia-Pasifik setelah Cina.

Temuan menarik itu dibeberkan dalam buku tebal dua jilid yang baru terbit pada Februari lalu di Jerman berjudul: Hitlers Griff nach Asien (Jerman mencapai Asia), yang ditulis penulis Jerman Horst H. Geerken, 82 tahun.

Bukan itu saja, menurut Geerken, Hitler sebagai Kanselir Jerman kemudian ternyata ikut menyokong perjuangan tentara Peta pimpinan bekas Presiden Sukarno dengan mengirim bantuan militer. Lengkap dengan tenaga ahli mengenal alat-alat perang dan pendidikan militer. Banyak bukti peninggalan yang mengarah ke sana, seperti pesawat, kendaraan militer, yang masih ada bekasnya sampai sekarang. Geerken bukan penulis kemarin sore.

Pada 2010 ia mengeluarkan Der Ruf des Geckos, 18 erlebnisreiche Jahre in Indonesien, buku mengenai campur tangan CIA dalam kudeta Sukarno. Dalam versi Inggris buku itu berjudul A Magic Gecko, CIA’s Role Behind the Fall of Sukarno, dan terjemahan Indonesianya, A Magic Gecko, Peran CIA di Balik Jatuhnya Soekarno. Di Jerman buku itu terjual sampai 10 ribu kopi. Buku Hitlers Griff nach Asien terbit sejak Februari 2015.

Sekarang masih beredar dalam bahasa Jerman. Menurut penulisnya, buku itu akan segera dibikin dalam versi Inggris dan Jepang (karena buku ini juga mengungkap peran Jepang di Indonesia). Jilid pertama Hitlers Griff nach Asien berisi 378 halaman, mengungkap hubungan Jerman dengan Hindia Belanda dan pembangunan basis marinir Jerman di Asia Tenggara. Jilid kedua, 408 halaman, berkisah tentang akhir kolonialisme Belanda di Indonesia dan bantuan Hitler untuk pejuang kemerdekaan.

Si Penasihat Beri Tahu Indonesia yang Kaya


Untuk menulis Adolf Hitler dalam buku Hitlers Griff nach Asien, Horst H. Geerken, memulai dari riset sosok bernama Walther Hewel. Hewel merupakan orang terdekat Hitler setelah pacarnya, Eva Braun. Hewel adalah insinyur teknik industri lulusan Perguruan Tinggi Muenchen. Dari Hewellah Hitler banyak menerima informasi mengenai Hindia Belanda.

Dialah kunci penting yang membuat hubungan Kekaisaran Jerman ketiga di bawah kekuasaan Hitler (Deutsches Reich) dengan Hindia Belanda menjadi begitu dekat. Geerken mendapat data mengenai Hewel dari sebuah arsip top secret bertanggal 11 Oktober 1945 yang ditulis bekas panglima tertinggi militer Belanda Letnan Jenderal Hendrik Alexander Seyffardt. Seyffardt adalah anggota Partai Nazi di Belanda (NSB atau Nationaal Socialistische Beweging). Dalam arsip itu Seyffardt menulis:

“Hewel adalah informan Hitler. Dia yang memberi tahu Hitler, Hindia Belanda kaya akan bahan baku yang bisa mewujudkan ambisi besar menjadikan Jerman ibu kota dunia (Welthauptstadt Germania). Semua bahan baku yang diperlukan, seperti karet, nikel, timah, krom, kobalt, magnesium, molybdenum, aluminium bauksit, ada di sana.

Pesawat membutuhkan ban. Ban membutuhkan karet. Dan karet tidak diproduksi di Jerman. Hindia Belanda juga kaya bahan makanan seperti gula, sagu, jagung, cokelat, beras, merica, kentang, minyak kelapa sawit, bahkan sampai pil kina, kapas, tembakau, kopi, teh, dan masih banyak lagi....”

Itulah awal hubungan Deutsches Reich-Hindia Belanda. Jerman dikenal sebagai penghasil produk industri: pesawat terbang, mobil, mesin, senjata, kapal selam, dan sebagainya, tetapi miskin bahan baku. Semua harus diimpor. Hindia Belanda menjadi pilihan tepat.

Dalam penelitian Geerken, “Institut Kerajaan bidang lalu lintas maritim dan ekonomi perdagangan dunia” yang didirikan Kaisar Wilhelm II pada 1914 bahkan sudah menyebutkan Hindia Belanda potensial sebagai penyedia bahan baku buat kendaraan bermotor produk Jerman.

Penasihat Bos Nazi Bekerja di Garut


Hindia Belanda dikenal Hewel dengan baik karena ia berasal dari keluarga pedagang kopi di Hindia Belanda. Anton Hewel (bapaknya) dan Ilse Hewel (ibunya) adalah pedagang sukses di Jawa. Pada 1927, ketika berusia 23 tahun, Hewel pergi ke Hindia Belanda dengan menumpang kapal Belanda SS Rembrandt.

Di Hindia Belanda Hewel bekerja sebagai asisten administrator perkebunan milik Belanda “Neglasari“ di Garut, Jawa Barat. Pada 1931 ia menjadi salah satu inisiator berdirinya perwakilan Nazi di luar negeri atau NSDAP/Ausland Organisation. Ketuanya F.K. Traumann, administrator perkebunan ”Kedondong“ di Lampung. Hewel menjabat atase pers di tempat itu.

Sebelum berangkat ke Hindia Belanda, Hewel sudah dekat dengan Hitler. Mereka bertemu di penjara. Sejak mahasiswa, Hewel mengagumi Nazi dan berambisi menjadi anggota “Stroßtupp Hitler”. “Stroßtupp Hitler” adalah cikal bakal lahirnya SS (Schutzstaffel der NSDAP) atau pasukan khusus untuk melindungi Hitler. Pada umur 19 tahun Hewel dijebloskan ke penjara karena mengibar-ngibarkan bendera Nazi pada waktu Hitler melakukan aksi menggulingkan pemerintah Weimar pada 1923. Hewel didakwa sebagai pengkhianat negara dan dibui 3 bulan.

Tak lama setelah bebas, ia masuk bui lagi dan ditempatkan di tahanan Landsberg. Tapi di tahanan Landsberg ia malah bisa mengenal Hitler lebih dekat lantaran Hitler juga dikerangkeng di penjara yang sama.

Sel Hewel terletak persis di sebelah sel Hitler, dan ia diizinkan melayani Hitler di selnya. Hewel keluar dari penjara pada 30 Desember 1924 atau 10 hari setelah Hitler bebas.

Keakraban Hewel-Hitler itu, menurut Geerken, menjadi fondasi penting bagi peningkatan karier Hewel di hierarki Deutsches Reich. Pada 1937 Hewel bertugas membina NSDAP di negara-negara di Asia Timur, termasuk Hindia Belanda.

Di usia 35 tahun ia menjabat “Sturmbandführer” (kira-kira terjemahan bebasnya: kepala divisi masalah pelik/chaos) pasukan SS, dengan nomor anggota 283985. Empat tahun kemudian ia menjadi penasihat Hitler untuk urusan Asia Timur dan Tenggara.

Anggota Perwakilan Nazi Berkembang


Saat Hawel masih tinggal di Batavia, anggota NSDAP, perwakilan Nazi di luar negeri, cukup banyak. Pada 1933 jumlah anggota NSDAP Hindia Belanda mencapai sekitar 1.000 orang. Perlu diketahui, orang-orang Jerman banyak tinggal di Hindia Belanda sejak abad ke-17. Ribuan pemuda dengan bahasa ibu Jerman bekerja sebagai pelaut, tukang, peneliti, seniman, ilmuwan, atau pegawai pemerintah dan tentara VOC.

Boleh dibilang setengah dari jumlah pegawai VOC adalah “orang asing“: Polandia, Swiss, Austria, Jerman. Adapun Jerman menempati jumlah terbanyak. Pada abad ke-18, misalnya, 2.000 tentara bayaran dikirim bangsawan Jerman Carl Eugen von Württemberg untuk mendukung tentara VOC dengan harga 300 ribu gulden. Geerken menemukan data sebelum Perang Dunia II jumlah orang Jerman di Asia-Pasifik hampir 400 ribu orang. Dan populasi terbesar di Hindia Belanda.

Faktor itu pula barangkali yang membuat NSDAP Hindia Belanda menjadi NSDAP/AO kedua terbesar di kawasan Asia Pasifik yang mendanai semua kegiatan patriotik yang mendukung ideologi dan politiknya di Batavia. Salah satunya adalah menyokong koran berbahasa Jerman yang terbit di Batavia, Deutsche Wacht. Koran ini muncul dua minggu sekali dan tersebar sampai keluar Hindia Belanda.

Koran ini didirikan pengusaha Emil Helfferich pada 1915. Helfferich dikenal sebagai pengusaha sukses. Ia memiliki perusahaan impor berbagai bahan mentah (karet, tambang, dan lain-lain) bernama Strait und Sunda Syndicate. Ia adalah pendiri kamar dagang Jerman di luar negeri. Dia juga pemilik perkebunan teh lebih dari 4.000 hektare di Cikopo, Puncak, Jawa Barat, yang sekarang milik PT Gunung Mas.

Walau bukan anggota NSDAP, Helfferich adalah seorang simpatisan Nazi sejati. Korannya selalu memuat berita patriotik mendukung gerakan Nazi. Di salah satu terbitannya, Helfferich, misalnya, menulis begini: “Kita melayani tanah air dengan cinta, darah, dan kesetiaan. Dan kita bangga melakukannya.”

Dengan Helfferich inilah Hewel banyak bertukar cerita tentang masalah Hindia Belanda sebagai bahan informasi untuk Hitler. Hampir 30 tahun menuai bisnis di Asia Tenggara (Penang, Singapura, dan Hindia Belanda), Helfferich kembali ke Jerman pada 1928 dan hidup bersama seorang pelukis bernama Dina, perempuan Indo Belanda asal Jawa.

Si Penggerak Nazi Tinggal di Gedung Juang


Horst H. Geerken, penulis buku Hitlers Griff nach Asien menuturkan, di Hindia Belanda pada 1934 juga berdiri cabang NSB. NSB adalah partai simpatisan Nazi di Belanda yang didirikan pada 1931 oleh Anton Adriaan Mussert.

Anggota partai NSB juga mengenakan baju seragam seperti NSDAP di Jerman. NSB juga memiliki tentara serupa pasukan SS Jerman yang bernama Nederlandsche SS. Dari saksi mata yang diwawancarai Horst H. Geerken, 1.000-3.000 dari 5.000-10.000 jumlah pasukan Nederlandsche SS itu adalah tentara asal Indonesia.

Pada 1935, Ketua NSB Adriaan Mussert berkunjung ke Hindia Belanda dan dihormati sebagai “pemimpin besar” dengan cara penghormatan HOU ZEE (seperti halnya penghormatan “Heil Hitler”). “NSB di Hindia Belanda memiliki anggota yang sangat banyak,” kata sejarawan Rushdy Hoesein, 69 tahun.

Menurut Rushdy, di Batavia, jumlah anggota NSB jauh lebih besar daripada anggota NSDAP. Anggotanya sebagian besar adalah Indo tapi juga ada orang Indonesia. “Saya tidak setuju kalau di buku Horst disebutkan NSDAP memiliki anggota terbesar di Hindia Belanda.

NSB jauh lebih besar,” kata Rushdy. Menurut Rushdy, antara Musser dan Hitler ada konflik karena Musser mewacanakan NSB yang toleransi terhadap agama dan tidak anti-Semit, yang tentu saja bertentangan dengan spirit Nazi.

Sebagaimana “Deutsche Wacht” yang mendukung Nazi, di Batavia NSB juga memiliki koran Hou Zee, koran berbahasa Belanda yang mendukung Nazi. Di Hindia Belanda, anggota NSB awalnya hanya berpolitik.

Tapi, setelah terbukti oleh polisi mereka mempersenjatai diri, pemerintah menganggap mereka berbahaya, disamakanlah dengan pemberontakan komunis pada 1926. Menurut Rushdy, orang-orang NSB itu lalu ditahan di Pulau Onrust.

Gedung Juang


Partai milik Belanda yang berideologi Nazi di Hindia Belanda menurut Geerken bukan cuma NSB, masih ada NSNAP (Nationaal-Socialitische Nederlandsche Arbeiderspartij), yang didirikan pada 1931 oleh Herren van Smit, Van Waterland-De Joop, dan Van Rappard, yang terang-terangan menyebut partainya sebagai “gerakan Nazi”.

Juga ada NIFO (Nederlandsch-Indische Facisten Organisatie) dan NSDP yang didirikan Frans Schomper. Schomper tinggal di rumah yang sekarang menjadi Gedung Juang (Museum Perjuangan) di Menteng, Jakarta Pusat.

Yang menarik, menurut Geerken, pada zaman itu sebegitu banyaknya simpatisan Nazi di Batavia, sampai banyak rumah Jerman memajang gambar simbol Nazi. Simbol Nazi di Hindia Belanda menjadi pemandangan biasa waktu itu. Ketika pada 1937 Ratu Juliana dan Pengeran Bernhard menikah, bendera Belanda dipancangkan bersebelahan dengan bendera Nazi di Hindia Belanda.

Di Hindia Belanda juga banyak berdiri klub patriotik seperti Vaterländischen Club (klub pencinta tanah air) dengan 10 ribu anggota. Pada 1915 Emil Helfferich juga mendirikan Deutsches Bund (Ikatan Orang Jerman) dan Deutsches Haus atau rumah orang-orang Jerman, sebagai tempat berkumpul para patriotik itu.

Geerken menyebut ideologi Nazi di mata pejuang kemerdekaan Indonesia amat besar pengaruhnya. Terlebih setelah Jerman menduduki Belanda pada 1940, harapan untuk merdeka dari penindasan penjajah Belanda semakin besar.

Banyak orang Indonesia yang mengagumi Hitler dan berusaha mendirikan negara dengan paham nasionalis-sosialis. Geerken melakukan banyak wawancara dengan berbagai sumber untuk menggali hal tersebut, di antaranya Jenderal Otty Soekotjo, Letkol Daan Jahja, Jenderal M. Ng. Soenarjo, Laksamana R.E. Martadinata.

Soekardjo Pun Dihormati ala Heil Hitler


Partai berideologi Nazi pun bermunculan di tengah rakyat Indonesia. Ada PFI (Partai Facist Indonesia) dan SFN (Sejarah Facise di Nusantara), yang keduanya didirikan Dr Notonindito, yang pada 1924 belajar di Jerman dan mendapat gelar doktor di Berlin untuk bidang studi administrasi bisnis. Pada 1935 muncul Partai Indonesia Raya (Parindra) dan Gabungan Partai Politik (Gapi) pada 1936, lalu berdiri Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo) pada 1937.

Parindra yang didirikan Sartono, Amir Sjarifuddin, dan M. Husni Thamrin adalah partai terbesar pada waktu itu. Pada 6 Januari 1941 Parindra dituduh Belanda menggalang hubungan erat dengan partai Nazi di Jerman dan Jepang, dan Husni Thamrin dikenai tahanan rumah. Lima hari setelah itu ia ditemukan meninggal misterius. Tidak ada yang tahu sebabnya.

Menurut rumor, ia diracun pada saat diinterogasi dan dipenjara Belanda. Racun itu bekerja setelah Thamrin pulang ke rumah. “Itu rumor yang beredar, yang saya dengar dari mana-mana,” kata Geerken.

Yang menarik di halaman 109 (jilid I) buku Geerken dimuat foto rombongan petinggi Parindra yang mengiringi jenazah, dipimpin Ketua Parindra Woerjaningrat Soekardjo Wirjopranoto. Soekardjo, yang memakai blangkon dan beskap Jawa resmi dengan dasi kupu-kupu, berjalan paling depan. Sementara para pemuda anggota Parindra mengenakan seragam celana pendek dan kaus kaki sampai sebetis, berbaris rapi di sebelah kanan dan kiri Soekardjo, dengan penghormatan gaya “Heil Hitler”, yakni sikap berdiri tegak, kepala sedikit menengadah sambil mengangkat tangan kanan ke arah langit. Inilah penghormatan tentara Nazi kepada Hitler.

Menurut Geerken, M.H. Thamrin memang mengagumi ideologi Nazi. Ia mendirikan Parindra pada 1935. Ia berusaha menyatukan delapan partai kecil lain yang berideologi Nazi untuk bersatu dalam Gapi.

“Memang Parindra terpengaruh oleh NSB. Anggotanya berpakaian model Nazi. Tapi tidak ada bukti bahwa M.H. Thamrin itu fasis. Dia merasa nasionalis,” kata Rushdy. Menurut riset yang dilakukan Rushdy sendiri, Thamrin meninggal karena disuntik mati oleh dokter J. Kayadu (dokter pemerintah Belanda). Ketika Jepang masuk, dokter Kayadu ditangkap dan dieksekusi mati.